Info Terkini

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB, MARI JADIKAN ISLAM SEBAGAI JALAN HIDUP, AGAR HIDUP KITA ISLAMI (SELAMAT)

Kamis, 11 Maret 2010

MENEGAKKAN KEADILAN

Oleh : Atik Fitri Ilyas



Suatu ketika pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab mengumumkan pembagian kain baju dari negara kepada seluruh kaum Muslimin. Pembagian ditetapkan harus adil dan sama rata. Tidak ada bedanya jatah kepala negara dan pejabat dengan rakyat biasa.
Pembagian baju dinyatakan selesai.

Seluruh warga mendapatkan bagiannya sama rata, tak terkecuali Umar bin Khathab, sang kepala negara. Namun, Umar bin Khathab tampak memakai baju yang besar karena badannya besar. Dan orang-orang mengetahuinya karena pembagian dilaksanakan secara terang-terangan.

Suatu saat Umar berkhutbah memberi semangat kepada kaum Muslimin untuk berjihad dan menjelaskan keutamaan jihad. ''Dengarlah dan taatilah,'' kata Umar dengan semangat. Namun, tidak ada suara gemuruh aplaus atau tanda mendukung khutbahnya itu. Malah secara bergantian terdengar suara cukup nyaring, ''Tidak ada perhatian dan tidak pula ketaatan.

Tidak ada tentara yang maju dengan senjata-senjatanya di medan pertempuran.''
Umar terheran-heran mendapati suasana seperti itu. Lalu ia bertanya, ''Mengapa? Semoga Allah memberi rahmat kepada kalian semua.'' Kemudian seseorang berkata dengan nada tinggi, ''Engkau mengambil kain sebagaimana yang kami ambil, tapi bagaimana kain itu pas bagimu, sedangkan engkau laki-laki berbadan tinggi besar? Pasti ada sesuatu yang engkau khususkan untuk dirimu sendiri?''

Mendengar penjelasan ini, Umar membela dirinya. Lalu, ia memanggil putranya, Abdullah bin Umar. Putranya itu diminta menjadi saksi dan mengumumkan kepada khalayak apa yang sebenarnya terjadi. Abdullah bin Umar pun bersaksi bahwasanya ia memberikan bagiannya kepada ayahnya sehingga ayahnya dapat memakai pakaian yang menutup auratnya, sesuai dengan postur tubuhnya.

Orang yang berbicara lantang tadi pun duduk dan berkata, ''Sekarang kami mendengar dan kami taat.'' Dan diikuti serempak oleh segenap hadirin. Subhanallah, betapa indah hubungan antara kepala negara dan rakyatnya. Kepala negara merasa tidak harus dilebihkan dari rakyatnya dan bebas ditegur, direformasi oleh warganya. Dalam artian, kepala negara ingin dimiliki dan berbuat untuk rakyat.

Begitu pula sistem pemerintahannya memandang semua warga sama dalam hak dan kewajiban.
Juga kita melihat profil kepala negara yang tidak menggunakan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Begitu pula keluarganya yang tidak menggunakan posisi itu untuk memperkaya diri. Dalam artian profil pejabat yang bersih dari praktik KKN.

Memang nuansa kehidupan bernegara seperti di atas sulit didapatkan saat ini, apalagi di negara kita. Di mana KKN sudah membudaya di setiap lini pemerintahan. Namun, semua itu bukannya tidak mungkin diubah, direformasi. Semuanya bergantung pada keseriusan dan kegigihan semua komponen bangsa dalam memberantasnya. Dan harus dimulai dan dibuktikan oleh para pemimpin bangsa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar